
Panji turun dari bis khusus Bandara Soekarno Hatta yang baru berhenti di stasiun Gambir. Ia ingin menikmati liburan di kampung halamannya di sebuah kota di Jawa Tengah. Sudah sepuluh tahun ia meninggalkan kampung halaman dan kerabatnya. Kini ia mendapat tugas baru di sebuah kota kepulauan di perbatasan Sumatera dan Singapura. Tidak jauh dari tempat lamanya di Batam, kini ia dipercaya untuk mengepalai sebuah cabang di kota itu.
Bagi Panji ini sebuah prestasi yang cukup cemerlang. Dalam usianya yang relatif muda ia dipilih untuk menduduki jabatan struktural perusahaan ini. Dari background pendidikan sebenarnya juga tidak terlalu tinggi, hanya dengan ijazah SLTA ia masuk perusahaan ini. Kemudian dengan kegigihannya ia dapat melanjutkan kuliah.
Sampai di stasiun ia menuju loket, membeli tiket jurusan Semarang, lalu masuk ke dalam stasiun. Setelah melewati pemeriksaan sekuriti ia menuju ruang tunggu. Ternyata sudah cukup banyak yang menunggu. Masih satu jam lagi jadwal keberangkatannya. “Masih ada waktu..” pikirnya sambil melihat arloji di tangan kirinya. Ia menuju sebuah resto siap saji dan memesan beberapa buah makanan, membayar lalu membawanya ke ruang tunggu keberangkatan.
Sambil menikmati makan ia memperhatikan lalu lalang orang yang keluar masuk ruang tunggu. Ada yang terlihat lari-lari kecil karena kereta yang akan ditumpanginya siap diberangkatkan. Seorang perempuan setengah baya tampak sedikit kerepotan membawa barang bawaannya. Panji bergegas membantu ibu itu dan mengantarkan sampai ke atas gerbong. Ia turun lagi dan duduk kembali di ruang tunggu.
Beberapa saat kemudian kereta Argo Muria yang akan ia tumpangi tiba, ia masuk dengan santai, menyapa dengan ramah para pramugari lalu mencari nomor kursinya. Penumpang lainnya tampak dengan tertib menempati tempat duduk masing-masing. Beberapa diantaranya saling menyapa dan ada yang saling berkenalan. Tidak berapa lama kereta akan diberangkatkan.
Di sebelah Panji seorang pemuda sebaya dengannya duduk dengan muka agak cemberut, sepertinya sedang tidak nyaman. Untuk memecahkan suasana, Panji menawarkan sebotol air mineral. Meskipun sedikit ragu pemuda itu menerimanya dan Panji mencoba untuk tersenyum, pemuda itu membalas dengan ucapan terima kasih.
“Mau ke mana Mas” tanya Panji memulai percakapan.
“Nggak tahu nih, mau kemana. Aku asal pergi aja dari rumah. Ikut aja kemana kereta ini berhenti.” Panji kaget mendengar jawaban itu. “Mungkin orang ini lagi ada masalah …” gumam Panji dalam hati.
Menurut informasi dari awak kereta, Argo Muria akan berhenti di beberapa stasiun, di Cirebon, Tegal, Pekalongan dan terakhir akan berhenti di Semarang.
Dalam hati Panji berpikir, “Hm… masinis kereta ini bisa dengan tenang membawa kereta karena ia tahu kemana tujuannya kemana ia akan berhenti. Sedangkan orang ini, mau turun dimana belum tahu.” “Trus kalau kereta berhenti ia mau kemana?” pertanyaan itu masih ia simpan dalam benaknya. Panji terlihat mengangguk-angguk.
Ya. Masinis kereta ini mirip dengan Pemimpin sebuah organisasi. Ibarat seorang pemimpin, masinis sudah mengetahui kemana kereta organisasinya akan dibawa, jadi ia dengan tenang bisa menjalankan roda organisasinya. Dia tahu dimana akan singgah dan dimana akan menghentikan keretanya.
Inilah pemimpin yang mempunyai visi. Kekuatan visi seorang pemimpinan mampu membawa tujuan organisasinya menjadi kenyataan. Belajar dari beberapa tokoh dunia yang visioner, Anda bisa mengambil hikmah dari keteladanan mereka dalam memanfaatkan kekuatan sebuah visi.
Masih ingat cerita tentang Walt Disney? Suatu ketika datang seorang teman Disney kepada Walt Disney, beberapa lama setelah Disney meninggal. “Sayang sekali Pak Disney sudah tiada, sehingga ia tidak bisa melihat kejayaan yang dirintisnya,” demikian komentar teman tersebut yang disampaikan kepada isteri Walt Disney. “Tak perlu disayangkan atau disesali, semua kejayaan ini sudah lama ‘dilihat’ oleh Pak Disney sewaktu beliau masih hidup,” begitu jawaban bijak ibu Lily alias Nyonya Disney.
Walt Disney memang memiliki visi untuk membangun sebuah taman hiburan yang dapat ‘menghidupkan’ semua karakter dalam film kartun yang diproduksi perusahaannya untuk bertemu secara ‘nyata’ dan menghibur para penggemarnya. Visi inilah yang menjadi kekuatan di balik kejayaan Walt Disney dengan Walt Disney, Co. nya. Ternyata sebuah visi memiliki banyak kekuatan yang bisa Anda manfaatkan untuk meraih kejayaan
Visi juga memiliki kekuatan untuk menggerakkan kreativitas. Hal inilah yang dirasakan oleh Andrew Groove, yang pernah menduduki posisi CEO di Intel. Andy Groove (panggilan akrab Andrew Groove) memiliki visi untuk menjadikan Intel sebagai perusahaan penghasil microprocessor yang selalu tampil terdepan di industri yang ditekuni. Visi ini ditularkan kepada seluruh jajaran dalam perusahaannya sehingga mereka termotivasi untuk selalu dapat berpikir kreatif dan senantiasa menciptakan pembaharuan. Hasilnya? Intel memang termasuk salah satu perusahaan yang tampil ‘unggul’ di industri yang ditekuninya
Visi dan misi harus mampu menggambarkan suatu sosok organisasi idaman yang hebat yang mampu memikat hati setiap orang. Visi dan misi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi. Visi dan misi harus memiliki daya per-suasi dan mampu mengungkapkan harapan, aspirasi, sentimen, penderitaan dan kerinduan warga organisasi.
Visi dan misi harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi, menyarikan kompetensi khas organisasi yang menjelaskan siapa dan apa yang mampu dilakukannya.
Siapa yang harus menjadi inspirator sekaligus kreator visi dan misi? Pemimpinlah orangnya. Menurut Burt Nanus inilah tugas terberat seorang pemimpin dan ujian sesungguhnya bagi kepemimpinan. Namun itu baru setengahnya. Tugas pemimpin lainnya ialah merealisasikan visi dan misi menjadi realita, yaitu membuat impian menjadi kenyataan.
Menurut Jansen Sinamo, tanpa pemimpin, binasalah organisasi, baik negara, perusahaan, koperasi, yayasan, badan, dewan, forum bahkan keluarga. Dan, para pemimpin menciptakan masa depan dengan cara menvisualkan masa depan itu, pertama bagi dirinya dan kemudian bagi pengikutnya. Ia seolah-olah terobsesi dengan “terra incognito” (wilayah belum dikenal), ia terpikat dan terpukau olehnya. Ia ingin, rindu dan yakin bisa sampai di sana.