Konsultan HR for School – Sebagai seorang konsultan yang membantu klien dalam mengelola SDMnya, Jumadi Subur sering memepelajari kisah-kisah orang yang berhasil memasuki usia pensiun dengan sukses. Ini memang kisah lama, namun inspirasinya masih penting untuk kita amabil. Inilah kisah Hasnah Thajib, mantan eksekutif sebuah bank yang setelah pensiun menekuni usaha bunga tindih.
Tidak ada dalam bayangan Hasnah Thajib (60) apa yang akan dilakukan setelah pensiun. Kesibukannya sebagai Vice President Corporate Finance di Chase Manhattan Bank tidak memberinya kesempatan untuk memikirkan masa pensiun.
Kisah itu Bermula disini…
Awalnya, karena banyak bekerja di bidang kredit keuangan, Hasnah berpikir akan membuka perusahaan di bidang konsultan kredit saja, terutama untuk SDM. Berbagai modul pengajaran telah disiapkan Hasnah setelah pensiun. Namun, suatu hari dia membaca sebuah majalah luar negeri tentang pressed flowers atau bunga yang ditindih.
“Artikel yang mengulas bunga tindih itu hanya satu halaman, tetapi mampu memberikan inspirasi buat saya. Ternyata dari bunga tindih bisa dibuat sebuah lukisan yang bagus sekali,” kata Hasnah. Bunga tindih adalah bunga kering, hanya saja permukaan bunga tindih tetap halus dan licin karena ditindih. Sementara bunga kering biasa mempunyai permukaan yang keriput.
Setelah membaca artikel itu, Hasnah segera mencari informasi pada internet. Ternyata bunga tindih sudah digemari sejak zaman Ratu Victoria (1819-1901) dan sampai sekarang penggemarnya masih banyak di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.
Lain lagi dengan kisah Tarwa Hadi, tidak pernah terbayangkan olehnya, kalau usaha membuat kripik dan salai pisang, telah mengubah jalan hidupnya lebih baik. Padahal, Tarwa sempat lumpuh total pada tahun 1991 saat bekerja di Palembang. Karena sakit ini, ia memilih pensiun dari sebuah BUMN saat usia 51 tahun. Setelah pensiun ia memilih pulang ke Karangpucung, Kec. Cijeungjing, Kab. Ciamis.
Dengan berbekal uang pensiunan seadanya, Tarwa bersama istrinya Odah Jubaedah, merintis usaha kecil-kecilan-untuk mengisi masa pensiunnya. Salah satu usahanya membuat kue lapis. Kebetulan, sewaktu di Jakarta, Odah sudah biasa bikin kue lapis untuk dijual ke toko atau warung di daerah Bekasi. Saat itu, kesehatannya juga semakin membaik, setelah lama terbaring di kasur.
”Istri saya ini berusaha mencoba bikin kue lapis, untuk dijual ke toko atau warung. Di Jakarta dan di Bekasi, juga pernah seperti itu. Selain kue lapis, juga mulai merintis bikin salai pisang,” katanya.
Salah satu pertimbangan ia membuat salai pisang, karena potensi pisang di daerah Ciamis cukup besar. ”Saya berpikir dengan mengembangkan salai pisang, diharapkan bisa membantu memberdayakan masyarakat daerah ini,” jelasnya.
Tepatnya delapan tahun lalu, Tarwa dengan semangat yang tinggi, mulai membina kelompok usaha salai dan kripik pisang. Tidak kurang ada 60 kepala keluarga dibinanya untuk mengembangkan salai pisang. Setelah punya daerah binaan di Banjarsari, akhirnya di rumahnya, ia menampung salai setengah jadi dari warga yang dibina. Lalu digoreng dan diberi bumbu lagi, untuk dijual.
Pada mulanya hanya memproduksi dengan menggunakan satu kompor yang ada di dapur. ”Waktu itu salai yang ditampung masih sedikit, sekira satu kwintal setiap bulannya. Saya jual ke Rajapolah, Tasikmalaya,” kata Ny Odah.
Berbekal semangat untuk maju, keluarga ini bekerja keras memasarkan salai dan kripiknya hingga ke Jakarta. Akhirnya, pada tahun 1998, salai bikinan Tarwa, bisa tembus ke sebuah agen besar. Sejak itulah, usahanya pesat dari semula salai yang dijual satu kuintal/bulan menjadi satu ton hingga sekarang mencapai enam ton yang masuk ke agen itu. ”Lalu dua ton lainnya di pasarkan ke berbagai daerah,” katanya.
Karena besarnya permintaan salainya ini, akhirnya Tarwa membuat pabrik khusus di belakang rumahnya. Dibantu dua anak dan mantunya, Tarwa juga merekrut 34 pekerja. Mereka bertugas menggoreng salai, hingga mengemasnya untuk di pasarkan ke berbagai daerah.
Satu hal yang sangat menggembirakan, salai buatannya tidak hanya dipasarkan di dalam negeri. Secara rutin lewat sebuah agen di Jakarta, salai pisang bermerek ”Suka Senang” ini diekspor ke Hong Kong. Bahkan, kini masuk ke Amerika Serikat dan Singapura.
Bebeberapa kesulitan adaptasi dalam menghadapi masa pensiun, sepertinya tidak masuk dalam kamus Ciputra. Bahkan, sebagian orang mengungkapkan, pak Ci (panggilan akrab Ciputra) makin kelihatan muda dari usianya yang sudah menginjak 75 tahun itu.
Bagaimana resep untuk menjalani masa pensiun ini dengan matang dan memiliki arti? bukankah materi sudah tidak lagi menjadi persoalan bagi orang sekelas Ciputra?
“Moral itu penting, pintar juga penting. Tapi yang lebih penting lagi adalah bijaksana, lebih tinggi lagi adalah berkah Tuhan,” ujar pemilik PTB Ciputra Development Tbk itu berfalsafah.
Kini, arsitek utama Taman Impian Jaya Ancol dan pemilik 10 kota satelit itu tinggal menikmati semua jerih payah yang pernah dirintisnya. Keempat anaknya menamatkan S2 dan sukses berbisnis, proyek-proyek properti impiannya bisa dikatakan termasuk paling sukses di Indonesia. Hidupnya kini tak lagi diwarnai pemburuan babi hutan seperti di Parigi, dulu. “Saya bersyukur, Tuhan begitu baik kepada saya,” kata pak Ci menandaskan.
Insan mulia, siapa bilang bahwa tua harus lemah? Realita menunjukkan bahwa tua tidaklah identik dengan lemah tak berdaya. Namun, acapkali kita mendengar bagaimana orang yang sudah tua, menggunakan ketuaannya sebagai alasan untuk ke-tidakproduktifan-nya, untuk kealpaannya serta kekhilafannya. Usia, kenyataannya bukanlah suatu pengambat untuk meraih yang lebih tinggi.
Usia pun bukan kendala dalam hal karir dan kerja. Malahan, rambut putih adalah simbol kebijaksanaan dan pengalaman yang sangat berharga.
Bagaimana mensikapi usia pensiun agar tetap dapat beraktifitas? Anak muda bilang having fun aja. Kegembiraan adalah makanan bagi jiwa. Seringkali dikatakan laughter is the best medicine. Mungkin humor dan gembira, tidaklah lantas membuat penyakit dan permsalahan kita lenyap total. Tetapi dengan melihat hidup dari sisi yang ceria, hidup terasa menjadi lebih nikmat.
Lagipula, masalah hidup tidak pernah akan selesai. Ibarat gelombang, setelah surut, akan muncul pasang yang lain. Tetapi hati yang gembira adalah ibarat selancar yang membuat kita dapat menjalani segala pasang surut lautan kehidupan dengan rasa damai. Itulah sebabnya mereka-mereka yang berusia panjang, cenderung memiliki sense of humor yang baik dalam hidupnya.
Kehidupan bukanlah melulu soal usia. Bruce Lee membuktikan bahwa meskipun hidupnya pendek, namun ia dikenang dengan kontribusinya yang luar biasa bagi martial arts, seni bela diri. Itu sebabnya asalah satu rahasia awat muda yang lain adalah menikmati hidup kini dan disini. Kuncinya terletak pada kerelaan kita melepaskan masa lampau serta tidak terlalu banyak khawatir akan masa depan. Seperti kata Bruce Lee, “Yang penting bukanlah seberapa panjang anda hidup. Tetapi bagaimana anda hidup itulah yang penting”. Nikmatilah tarikan nafas Anda sekarang, itulah realita terpenting saat ini.
Salah satu studi yang terkenal dilakukan oleh G.F. Streib dan C.J. Schneider, yang dituangkan dalam buku Retirement in American Society: Impact and Process. Secara khusus, kedua psikolog ini memulai studi dengan fokus meneliti sekelompok responden yang terdiri dari para profesional yang bekerja dengan penuh semangat dan produktif. Studi dilanjutkan dengan terus mengamati perkembangan kelompok responden itu selama masih bekerja, hingga akhirnya mereka pensiun – beberapa orang dari mereka memang ada yang bekerja kembali setelah pensiun.
Secara umum, temuan atas studi tersebut cukup positif. Yakni, kesehatan responden tidak menurun setelah pensiun, begitu pula kepuasan mereka terhadap hidup. Gambaran terhadap diri sendiri (self-image) tidak berubah secara drastis, demikian pula para pensiunan ini tidak merasa tiba-tiba menjadi tua dan tak berguna. Sementara penghasilan yang menurun secara tajam, sebagian besar orang-orang pensiun dalam studi ini ternyata telah siap menghadapi kenyataan, karena itu mereka tidak terlalu khawatir menghadapi masalah keuangan.
Dengan melakukan perencanaan pensiun yang lebih baik dan secara dini, setidaknya kita memiliki harapan yang lebih besar untuk menjalani kehidupan yang lebih berkualitas, meski secara usia mungkin terus menurun produktivitasnya. Untuk itu, idealnya sejak dini kita perlu menetapkan tujuan atau sasaran yang ingin kita capai ketika memasuki masa pensiun. Misalnya: harus punya tabungan berapa; rumah seperti apa; anak sudah menjadi apa (masih kuliah sehingga tetap butuh dana pendidikan, ataukah sudah bekerja).
Semua ini perlu direncanakan, sebab faktanya banyak pensiunan eksekutif – karena merasa dibutuhkan – masih saja bekerja, bahkan lebih keras lagi. Padahal, ini berbahaya kalau kondisi fisik dan mentalnya tidak mendukung. Intinya, janganlah ngoyo mencari duit terus setelah pensiun.
Selain hal-hal yang bersifat fisik dan materi tersebut, perlu juga direncanakan kira-kira kegiatan apa saja yang hendak diterjuni sesudah pensiun. Perlu direncanakan, misalnya, kegiatan sosial atau spiritual seperti apa yang sekiranya cocok dengan kemampuan, kepribadian, serta passion kita.
Lebih penting lagi, manakala usia terus merambat, idealnya kita semakin arif menerima apa pun yang pernah kita jalani dalam hidup ini, tanpa penyesalan yang berlebihan atas segala kesalahan dan kekurangan yang pernah kita perbuat. Kalau tak mampu melakukan ini, bukan mustahil kita akan tenggelam dalam kekecewaan yang panjang, karena waktu kita semakin tak mencukupi lagi untuk memulai kehidupan yang lain. Sebelum terlambat, cobalah menjalani kehidupan yang lebih bermakna. []
Leave a Reply